Siswa Siswi SDN Kalisegoro Semarang Gelar Karya Dan Festival Pertanian Dengan Tema Kearifan Lokal.
SEMARANG, SERASI JATENG – Gelar Karya Dan Festival Pertanian SDN Kalisegoro Gunung Pati di gelar di halaman kebun sekolah, Jl Raya Kalisegoro Gunung Pati Kota Semarang Jawa Tengah, Sabtu (21/6/2024) pagi.
Kegiatan unik ini di buat oleh siswa siswi sendiri dan di bantu oleh guru mereka, dari bercocok tanah sendiri, cara perawatan tanaman, hingga panen raya.
Acara di halaman kebun SDN Kalisegoro ada 6 Stand dari masing-masing kelas, dengan menyajikan makanan dan minuman tradisional hingga kerajinan hasil karya siswa siswi sendiri. Dan juga di hibur hiburan tradisional anak-anak perkelas.
Kepala Sekolah SDN Kalisegoro
Hj. Dwi Hartiningsih, S.Pd mengatakan, bahwa kegiatan pagi hari ini adalah festival pertanian di kebun SDN Kalisegoro.
” Acara ini dengan tema kearifan lokal bercocok tanam, dengan berbagai tanaman, ada pepaya, ketela, pisang, tomat, terong, kangkung, kacang panjang, cabai dan ada perikanan juga yaitu lele, ” kata Kepala Sekolah SDN Kalisegoro saat di temui wartawan Serasi Jateng.
Bercocok tanam tanah ini murni dari anak-anak sendiri, dari pengelolaan tanah, perawatan, pembibitan, penanaman lahan yang besar anak-anak sendiri yang mengelola.
” Jadi dengan pengelolaan tanah yang besar, pemeliharaan, hingga pembibitan di kelola mereka sendiri dibantu oleh guru, ” ujar Hj. Dwi Hartiningsih, S.Pd
Hasil bercocok tanam semuanya dibuat diri sendiri, dengan menjual ke konsumen atau orang tua dan hasilnya untuk anak-anak itu sendiri.
” Mereka menjual ke konsumen, orang tua, maupun pengunjung yang datang dan hasilnya untuk anak-anak sendiri, ” tutupnya.
Ketua Panitia, Supiyanto menambahkan, bahwa konsep ini murni dari siswa sendiri dengan konsep Sapta usaha tani dengan 7 kegiatan pertanian yaitu, pemilihan bibit, pengelolaan tanah, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama, pemanenan, dan pemasaran.
” Konsep Sapta usaha pertanian itu kami ajarkan ke anak-anak, sehingga kegiatan anak-anak dari awal hingga akhir benar-benar mengalami dan merasakan sehingga evaluasinya jelas dan kenangan yang dialami anak-anak dihati, ” jelas Supiyanto.
Ide ini dari kegelisahan sekolah terhadap proses pertanian di Indonesia, ternyata dari awal di sini anak-anak terhadap pertanian itu pertanian belum paham.
” Terbukti dari pegang mendhil (kotoran kambing) saja ketakutan, itu kan pupuk alami yang sangat bagus banyak kandungannya dan sangat menyuburkan dan memelihara kesuburan tanah,” jelasnya.
Kami berharap anak-anak tidak jijik dengan hal tersebut, karena itu sangat menguntungkan dalam pertanian.
Alana (9th), Siswi kelas 4 mengatakan, sangat senang untuk bercocok tanam di kebun sekolahan.
” Sangat senang sekali untuk bercocok tanam di kebun sekolahan, karena di bantu oleh guru, dan tidak sulit untuk bercocok tanam, ” kata Alana ditemui wartawan Serasi Jateng di kebun saat panen terong.
Fasilitator Penggerak, Ardiani Mustikasari, SSi, MPd menambahkan, bahwa acara ini sangat luar biasa yang dilakukan SDN Kalisegoro dimana salah satu sekolah penggerak yang ada di kota Semarang.
” Dari bapak dan ibu gurunya ini merupakan aset atau sumber daya, tentunya yang bisa mendukung tranformasi sekolah SDN Kalisegoro, terlihat diawali dari kepala sekolah yang telah berhasil menjadi kepala sekolah penggerak tentunya akan mampu menggerakkan bapak ibu guru di SDN Kalisegoro, ” kata Ardiani Mustikasari.
Kegiatan ini Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila(P5) dengan tema kearifan lokal dimana di proyek P5 ini akan mengembangkan prilaku gotong royong, kreatifitas, serta kebhinekaan global dari siswa siswi.
” Apa saja sih potensi lokal yang ada dan juga dari makanan-makanan lokal yang ada, karena anak-anak sekarang lebih senang dengan makanan fast food dimana seharusnya dimasa tumbuh kembang yang harus mengkonsumsi makanan-makanan sehat dan bergizi untuk pertumbuhan fisik, mental dan sikis mereka, sehingga anak-anak menjadi mau bersosialisasi dengan teman-temannya karena ini menjadi kendala atau masalah anak-anaknya jaman sekarang lebih senang menyendiri prilaku sosialnya sendiri menjadi berkurang karena asik dengan gidgetnya.” Jelasnya.
Harapannya dengan proyek P5 yang luar biasa ini karena bisa menggerakkan siswa, orang tua dan masyarakat, nanti akan mampu menggerakkan sekolah-sekolah lain untuk mengadakan acara seperti ini.
” Jadi acaranya sederhana, biasanya sekolah itu tidak punya dana untuk melaksanakan proyek profil Pelajar Pancasila, nah ini dengan dana dan keterlibatan orang tua, orang tualah yang mendukung acara ini kegiatan, sehingga sekolahan tidak banyak mengeluarkan dana tapi memanfaatkan aset-aset di sekolah seperti aset lingkungan alam, aset sumber daya manusia, aset lingkungan fisik, yang luar biasa menjadi sebuah contoh tranformasi sekolah, ” pungkasnya.(Arie B)