Prihatin Dengan Perkembangan Generasi Saat Ini, Sanggar Tari Centini Menggelar Kegiatan Bersama Dengan Kebaya Foundation Ambarawa.
AMBARAWA, SERASI JATENG – Merasa prihatin dengan perkembangan generasi saat ini yang kurang mengenal budaya dan tata krama Jawa, Sanggar Tari Centini menggelar sebuah kegiatan bersama dengan Kebaya Foundation Ambarawa.
Bertempat di Pendopo Kantor Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, anak-anak dari usia dini hingga remaja ini diajak oleh Sanggar Centini dan Kebaya Faoundation Ambarawa untuk lebih mengenal lagi budaya dan tata krama yang ada di Jawa.
Ketua Sanggar Centini Ambarawa, Ela Purwanti menjelaskan bahwa saat ini ia merasa prihatin dengan anak-anak, khususnyanl di usia dini dan remaja yang tidak mengenal budaya Jawa, termasuk diantaranya tata krama dan Bahasa Ibu.
” Ini kegiatan diisi dengan workshop atau pelatihan mengenal budaya tata krama Jawa, karena saat ini hampir tidak dikenal tata krama Jawa ini pada anak-anak usia dini maupun remaja. Bahkan, berbahasa Jawa Krama Inggil saja mereka tidak paham, takutnya nanti jika dibiarkan saja akan semakin teregerus dengan budaya moderen dan hilang di kehidupan sehari-hari mereka, ini yang kami tidak mau,” ungkapnya, disela acara Mengenal Tradisi Melalu Budaya Tata Krama, Jumat (22/3/2024)
Ela juga mengatakan, jika tujuan dari diadakannya pelatihan mengenal tradisi melalui budaya tata krama Jawa ini, agar anak-anak Gen Z ini mengerti, bahwa tata krama itu harus dijaga di kehidupan sehari-hari.
“Jadi, peserta ini adalah anak-anak tari di Sanggar Centini Ambarawa, saya harap tujuan acara ini bisa membuat mereka mengerti bahwa menari tidak hanya sekedar menari saja, tapi ada tata krama, budaya, dan tradisi didalamnya yang harus dijaga, bahkan di kehidupan sehari-hari mereka bersosialisasi,” imbuh Ela, yang juga merupakan seorang guru seni budaya di SMP N 2 Bandungan Satu Atap itu.
Pada kesempatan tersebut, Sanggar Centini yang juga menggandeng Kebaya Faoundation Ambarawa ini menekankan pelatihan sore itu, pada tema “Wong Jowo Ojo Ilang Jowone” ini memberikan sejumlah pelatihan kepada anak-anak tersebut.
” Diantaranya ada pelatihan soal menari budaya Jawa, lalu bertutur kata dalam bahasa Krama Inggil, misalnya kalau terim kasih itu harus diucap dengan matur nuwun, permisi itu adalah nderek langkung, meminta maaf ada nyuwun pangapunten, bahkan ketika dipanggil harus bilang dalem, dan banyak bahasa Krama Inggil Jawa ini kami ajarkan ke anak-anak supaya mereka paham dan tahu, kalau kita disini ada yang namanya tata krama dalam tradisi Jawa, dengan media lagu, jadi tadi ada lagu judulnya Tata Krama,” tambahnya
Pihaknya juga menjelaskan, dari adanya pelatihan ini ternyata banyak anak-anak peserta yang pada kesempatan itu mengenakan pakaian kebaya khas orang Jawa yang belum tahu bahasa-bahasa Krama Inggil Jawa dalam tradisi budaya tata krama Jawa itu sendiri.
” Banyak tadi, ditanya nama jawabnya “hai”, ada yang “hello, nama saya Kimora”, jadi ternyata banyak sekali yang belum paham ya disini. Sehingga dengan pelatihan anak-anak bisa paham, dan mau menggunakan Bahasa Ibu kita ini di kegiatan mereka sehari-hari tanpa perlu malu,” tuturnya.
Ditanya soal kegiatan tersebut selaras dengan program dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, soal lebih mengenal lagi Bahasa Ibu, Ela mengatakan memang untuk pelestariannya khususnya di Kabupaten Semarang, pendidikan karakternya bisa digunakan kembali dengan tertata di anak-anak tersebut dengan budaya tata krama.
” Sehingga, memang ini selaras dengan program dari Disdik sendiri, dan harapannya anak-anak mau berubah dan mau menggunakan tata krama budaya Jawa di kehidupan mereka. Kedepan, tentu harapannya semakin luas, sehingga anak-anak di Kabupaten Semarang ini bisa mau dan tidak malu bertata krama dengan budaya dan tradisi kita sebagai orang Jawa ditengah gempuran budaya-budaya asing ini,” harap Ela.
Sementara itu, diungkapkan singkat oleh salah satu peserta Mengenal Tradisi Melalui Budaya Tata Krama tersebut, Kimora Putri Halantri (6th) yang mengaku senang dia bisa belajar berbahasa Jawa Krama Inggil.
” Biasanya kalau dipanggil bilangnya apa, terus di sekolah ya selamat pagi, selamat siang, tapi sekarang jadi tahu, meski masih bingung. Kalau mau bilang selamat pagi ya sekarang belajar mengucapnya “sugeng enjing”, kalau dipanggil mau coba tidak bilang “apa atau hai lagi”, tapi bilang “dalem”, kalau dikasih mau bilangnya “matur nuwun”, dan banyak lagi tadi, tapi harus belajar lagi,” pungkasnya.(Arie B)