Anak-anak Muda Perempun Milenial Ikuti Belajar dan Diskusi Pertanian di Getasan.
Serasijateng.com, Getasan – Anak-anak muda perempuan milenial yang berasal dari Kota Semarang mengikuti kegiatan belajar dan diskusi pertanian, dengan tajuk “Girls Camp” di Gumuk Selo Duwur, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, pada Jumat (1/9/2023) pagi.
Adapun kegiatan tersebut, diinisiasi oleh Integrated Farm Semayur ID dan Sayur Sehat Pak Min di Gumuk Selo Duwur, Desa Batur, Getasan, Kabupaten Semarang.
Belasan perempuan anak-anak muda itu tampak antusias mengikuti kegiatan bercocok tanam itu. Bahkan, mereka juga sangat senang ketika mendengarkan penjelasan dari petani perempuan di Sayur Sehat Pak Min dan Semayur ID itu, yang rata-rata pelakunya adalah perempuan dan konten kreator di bidang pertanian.
Pada kegiatan tersebut juga diisi dengan sesi berbagi kisah dengan konten kreator pertanian yakni Novi dari Petani Happy dan juga salah satu seniman perempuan asal Kota Semarang, Kartika.
Founder dan CEO Semayur ID, Dea Kadek mengatakan, kegiatan ini mengusung tema perempuan, dari berbagai budaya dan latar belakang pertanian untuk bisa saling belajar dan diskusi dengan peserta dari Girls Camp.
” Pada kegiatan ini, kami sengaja mengusung tema perempuan, dari berbagai budaya dan latar belakang pertanian untuk bisa saling belajar dan diskusi dengan peserta dari Girls Camp,” kata Founder dan CEO Semayur ID, Dea Kadek.
Lebih lanjut, kegiatan ini memiliki dasar tujuan untuk meningkatkan kapasitas perempuan di bidang pertanian, dan saling mendukung satu sama yang lainnya.
“Disini kami berhasil mengalirkan suasana haru dan ceria di kegiatan kali ini, dengan menghadirkan sosok pemantik dari perempuan-perempuan dengan berbagai latar belakang. Tidak ada kesenjangan yang berjalan mengenai siapa yang lebih hebat saja, tetapi lebih menekankan pada, semua setara dan sama,” jelasnya.
Kadek juga menyebutkan bahwa ia mengajak para peserta untuk belajar mencangkul sebagai keseharian petani, menanam bibit sayur brokoli, hingga panen sendiri dari hasil kebun lahan pertanian yang ada di Lereng Gunung Merbabu.
” Kami bukan menanam sayur, kami menanam cinta. Sebagai perempuan poli culture, tagline Menanam Cinta, Memasak Doa, dan Melahirkan Karya ini cukup menggugah semangat para peserta kegiatan Girls Camp,” tuturnya.
Konten kreator, Novi Petani Happy bahwa, dengan menjadi petani perempuan tidaklah mudah. Terlebih lagi awal karirnya menjajaki dunia perkontenan yang kerap kali dianggap tidak sesuai dengan keseharian petani pada umumnya juga sering mendapatkan cibiran dari masyarakat.
” Dulu sering disindir saat berbicara sendiri didepan kamera, tapi saya berhasil membuktikan bahwa apa yang saya perjuangkan adalah hal yang menghasilkan. Bertani itu melelahkan, namun banyak senangnya. Oleh karena itu ayo petani perempuan dari anak-anak muda ini jangan malu jadi petani muda, karena banyak manfaat yang bisa didapatkan,” tandasnya.(Arie B)